Test Footer 2

Main Menu (Do Not Edit Here!)

Jumat, 20 April 2012

Mutiara Hikmah X

Al Bukhari rahimahullah bercerita: "Sewaktu masih kecil, aku pergi ke majlis para fuqoha, apabila aku datang, aku merasa malu untuk mengucapkan salam kepada mereka. seorang muaddib berkata kepadaku: "Berapa hadits yang telah kamu catat di hari ini ?" Aku menjawab, "Dua." Ternyata orang-orang yang berada di majlis mentertawakanku. Salah seorang syaikh berkata, "Jangan kalian tertawa, barangkali suatu ketika nanti, dia yang akan mentertawakan kalian." (Siyar A'laam An Nubala 12/401)

Ternyata benar.. Imam Bukhari menjadi besar.. Semua ulama memujinya..
Maka.. Janganlah suka mentertawakan mereka yang baru belajar.. Barangkali suatu ketika nanti.. Ia menjadi ulama besar. (Ust. Abu Yahya Badrusalam)

================================

Jangan pernah menilai seseorang dengan melihat masa lalunya....betapa banyak diantara kita yang memiliki masa lalu yang kelam...jauh dari sunnah...jauh dari hidayah...tenggelam dalam dunia yang menipu...terombang-ambing dalam kemaksiatan yang nista...

Bukankah banyak sahabat radhiallahu 'anhum yang dahulunya pelaku kemaksiatan..., peminum khomr..., bahkan pelaku kesyirikan...?

Akan tetapi tatkala cahaya hidayah menyapa hati mereka, jadilah mereka generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini.

Bisa jadi anda salah satu dari mereka para akhwat yang memiliki masa lalu yang kelam...yang mungkin saja kebanyakan orang tidak mengetahui masa lalu kelam anda.

Sebagaimana anda tidak ingin orang lain menilai anda dengan melihat masa lalu kelam anda...maka janganlah anda menilai orang lain dengan melihat masa lalunya yang buruk.....

Yang menjadi patokan adalah kesudahan seseorang... kondisinya tatkala akan meninggal..bukan masa lalunya. Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda "Amalan-amalan itu tergantung akhirnya"
(Ustadz Firanda)

================================

Para salaf mengatakan :

المتواضع من طلاب العلم أكثر علماً ، كما أن المكان المنخفض أكثر البقاع ماء

"Penuntut ilmu yang tawadhu' itu lebih banyak ilmunya, sebagaimana tempat yang rendah adalah tempat yang paling banyak airnya." (Al-Jami' li Akhlaq Ar-Rawi : 1/142).

 ================================

Dari al-Harits bin Umairah, diriwayatkan bahwa ia menceritakan: Aku pernah duduk di samping Mu'adz (radhiyallahu 'anhu), ketika beliau sedang tidak sadarkan diri. Beliau pingsan, untuk kemudian sadar, terbangun, lalu berkata: "Timpakan musibah sekehendak-Mu. Sungguh demi keagungan-Mu, aku tetap mencintai-Mu." (Shifatush Shafwah, 1/406)  

================================

Para salaf mengatakan :

 المتواضع من طلاب العلم أكثر علماً ، كما أن المكان المنخفض أكثر البقاع ماء 

"Penuntut ilmu yang tawadhu' itu lebih banyak ilmunya, sebagaimana tempat yang rendah adalah tempat yang paling banyak airnya." (Al-Jami' li Akhlaq Ar-Rawi : 1/142).

 ================================

Berkata Yahya bin Mu’adz : 

حبك للفقراء من أخلاق المرسلين ، وإيثارك مجالستهم من علامة الصالحين ، وفرارك من صحبتهم من علامة المنافقين 

"Kecintaan anda kepada orang-orang miskin adalah bagian dari akhlak para Rasul. Kecenderungan anda untuk lebih suka duduk bersama mereka adalah bagian dari tanda-tanda orang shalih. Dan keengganan anda bergaul dengan mereka adalah bagian dari tanda-tanda orang munafik." (Al-Ihya' : 4/211).

 ================================

 Ibnul Qayyim berkata : 

كن من أبناء الآخرة ولا تكن من أبناء الدنيا فإن الولد يتبع الأم 

"Jadilah anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia, karena seorang anak akan meniru induknya." (Al-Fawa'id, hal. 68).

================================

Malik bin Dinar mengatakan,

لو كانت الدنيا من ذهب يفنى ، والآخرة من خزف يبقى لكان الواجب أن يؤثر خزف يبقى على ذهب يفنى ، فكيف والآخرة من ذهب يبقى ، والدنيا من خزف يفنى؟

“Seandainya dunia adalah emas yang akan fana, dan akhirat adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja seseorang wajib memilih sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas yang nanti akan fana. Lalu bagaimana lagi jika akhirat itu adalah emas yang akan kekal abadi dan dunia adalah tembikar yang akan fana?” (Lihat Fathul Qodir, Asy Syaukani, 7/473, Mawqi' At Tafasir.)  

 ================================

Berkata Malik bin Dinar :

إنك إذا طلبت العلم لتعمل به كسرك العلم وإذا طلبته لغير العمل به لم يزدك إلا فخرا

"Jika engkau menuntut ilmu dengan niat untuk mengamalkannya, maka ilmu akan menjadikanmu rendah hati. Tetapi jika engkau menuntut ilmu bukan untuk mengamalkannya, maka ia hanya menambah kesombongan." (Shifatush Shafwah : 3/283). 

 ================================

Sufyan bin Uyainah berkata :

العلم إن لم ينفعك ضرك

"Ilmu itu jika tidak memberikan manfaat kepadamu, maka akan mendatangkan kerugian kepadamu." (Shifatush Shafwah : 2/235).

Mendatangkan kerugian yakni jika ilmu tidak diamalkan. Karena ilmu justru berbalik menjadi hujjah atas pemiliknya di hari kiamat.  
 
Tidaklah seseorang duduk (dalam majlis) Al Qur’an lalu berdiri darinya kecuali dengan keadaan bertambah atau berkurang. Kemudian beliau membaca:
(Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian).
(Al-Israa: 82) [atsar riwayat ad-darimiy]

al Qur-aan apabila dipelajari, dan pelajaran tersebut diresapkan kedalam hati, sehingga menghasilkan amalan hati dan perbuatan; maka itulah rahmat baginya. sebaliknya, apabila tidak dipelajari maka menambah kezhalimannya.. seperti halnya orang yang mempelajarinya, tapi bukan dengan niat untuk meresapkan kedalam dadanya (sehingga dapat nampak dalam amalnya).. maka malah menambah kezhalimannya..

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda tentang khawarij:
سَيَخْرُجُ فيِ آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ يَقُوْلُوْنَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ البَرِيَّةِ يَقْرَءُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang muda-muda umurnya, pendek akalnya. Mereka mengatakan ucapan sebaik-baik manusia. Mereka membaca Al Qur’an, tapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas) agama seperti melesatnya anak panah menembus binatang buruannya. [HR. Al Bukhari 3611, 5057, 6930; Muslim 1066]

Al Hafidh Ibnu Hajar berkata : “Imam An Nawawi berkata : “Yang dimaksud adalah mereka tidak mendapat bagian kecuali hanya melewati lidah mereka saja dan tidak sampai kepada kerongkongan mereka, terlebih lagi hati-hati mereka. Padahal yang dimaukan adalah mentadabburinya [memperhatikan, memahaminya dengan pemahaman yang benar (pemahaman shahabat)], dan merenungkannya dengan teliti agar sampai ke hati”.” (Fathul Bari : 12/293)

dari Abu Musa bahwa ia berkata,
“Sesungguhnya Al Qur’an ini dapat menjadi sarana pahala kalian, dapat menjadi sarana dzikir bagi kalian dan sebagai cahaya bagi kalian, namun dapat pula menjadi penyebab dosa kalian. Ikutilah Al Qur’an ini dan jangan sampai Al Qur’an mengikuti kalian. Sebab orang yang mengikuti Al Qur’an akan singgah di kebun-kebun surga, sedangkan jika Al Qur’an yang mengikuti seseorang maka Al Qur’an akan mendorong di tengkuknya lalu melemparkannya ke dalam neraka jahannam.” (ad Darimiy)

dari Mu’adz bin Jabal ia berkata;
Al Qur’an akan usang di dalam dada beberapa kaum sebagaimana usangnya pakaian. Mereka berlomba membacanya namun mereka tidak merasakan kenikmatan dan kelezatan membacanya. Mereka ibarat orang yang mengenakan pakaian dari kulit domba namun berhati serigala, amalan mereka hanya ketamakan tanpa tercampuri rasa takut, jika mereka melakukan kelalaian. Mereka berkata; Kami pasti akan sampai, sekalipun mereka berbuat jahat. Mereka berkata; Kami pasti akan diampuni, karena sesungguhnya kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun. (atsar riwayat ad-darimiy)

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad berkata, 
“Sebagian salafush shalih mengatakan, sesungguhnya al Qur`an turun supaya diamalkan. Maka jadikanlah membaca al Qur`an sebagai wujud pengamalannya. Oleh karena itu, Ahlul Qur`an adalah orang yang memahami al Qur`an dan mengamalkan yang terkandung di dalamnya, walaupun ia tidak menghafalkannya. Sedangkan orang yang menghafalnya namun tidak memahaminya, serta tidak mengamalkan kandungannya, maka dia bukan Ahlul Qur`an, meskipun dia mendudukkan huruf-hurufnya sebagaimana mendudukan busur panahnya (artinya, sangat perhatian terhadap huruf-hurufnya, Red).” [Zaadul Ma'ad, I/338]  

================================

Berkata Salamah bin Dinar :

ما في الدنيا شيء يسرك إلا وقد ألزق به شيء يسوءك

"Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang membuatmu bahagia kecuali ia bercampur dengan sesuatu yang membuatmu bersedih." (Shifatush Shafwah : 2/164). 

================================

Saya heran dengan orang yang setiap hari tahan berjam-jam membaca surat kabar, tabloid, majalah, novel maupun buku yang membahas dunia. Tapi tidak tahan membaca Al-Qur’an walau hanya 15 menit saja. Mungkin penyebabnya karena hati yang sudah begitu mencintai dunia, atau mungkin juga karena hati yang sudah tertutup dengan dosa-dosa. Para salaf berkata :

لو طهرت قلوبنا لما شبعت من كلام الله

"Jika hati kita bersih, tentu kita tidak akan pernah puas dengan firman Allah Ta’ala." 

 ================================

Ibrahim bin Waki’ bercerita :

كان أبي يصلي، فلا يبقى في دارنا أحد إلا صلى حتى جارية لنا سوداء

"Ayahku melaksanakan shalat (malam). Maka semua penghuni rumah ikut melaksanakan shalat malam sampai hamba sahaya kami yang hitam pun ikut shalat malam." (Siyar A’lam An-Nubala' : 9/149).

Faedah dari kisah diatas adalah : Seorang ayah adalah pemimpin rumah tangga yang dicontohi perilakunya. Jika ia seorang yang gemar shalat malam, maka lambat laun kebiasaannya akan menular kepada anggota keluarganya, insya Allah. 

 ================================

Ibnul Mubarak berkata :

إن الصالحين فيما مضى كانت أنفسهم تواتيهم على الخير عفوا وإن أنفسنا لا تكاد تواتينا إلا على كره فينبغي لنا أن نكرهها

"Sesungguhnya orang-orang shalih sebelum kita terbiasa melakukan kebaikan dengan sukarela, sedangkan jiwa-jiwa kita hampir tidak bisa terbiasa berbuat kebaikan kecuali dengan dipaksa, maka kita pun harus memaksanya." (Shifatush Shafwah : 4/145). 

 ================================

Yahya bin Abi Katsir berkata :

ميراث العلم خير من ميراث الذهب، والنفس الصالحة خير من اللؤلؤ

"Warisan ilmu lebih baik dari warisan emas, dan jiwa yang shalih lebih berharga ketimbang mutiara." (Shifatush Shafwah : 4/76). 

 ================================

Barangsiapa mengaku cinta kepada Allah, maka ingatlah perkataan Bisyr bin Al-Harits :

ليس من المودة أن تحب ما يبغض حبيبك

"Tidaklah disebut cinta, jika engkau menyukai sesuatu yang membuat kekasihmu murka." (Shifatush Shafwah : 2/333). 

 ================================

Berkata Imam Asy-Syafi’i :

لا يبلغ في هذا الشأن رجل حتى يضر به الفقر ويؤثره على كل شيء

"Seseorang tidak akan mencapai hasil dalam bidang (ilmu) ini sampai kefakiran menimpanya dan dia mendahulukan ilmu atas segala sesuatu." (Siyar A'lam An-Nubala' : 10/89). 

 ================================

Orang bijak mengatakan :

بدل أن تسب الظلام ... حاول إصلاح المصباح

"Daripada mencaci-maki kegelapan, cobalah perbaiki lampu." 

 ================================
 
Syaikh Abdul Malik Al-Qasim berkata :

إن جهاد النفس جهاد طويل وطريق صعب يحتاج إلى صبر ومثابرة

"Sesungguhnya perjuangan melawan hawa nafsu adalah perjuangan yang panjang dan perjalanan yang sulit, yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan." 

 ================================

Salamah bin Dinar pernah ditanya : "Apa hartamu"? Beliau menjawab :

ثقتي بالله عز وجل ، ويأسي مما في أيدي الناس

"Yakin kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan putus asa (tidak berharap) terhadap apa yang ada di tangan manusia." (Shifatush Shafwah : 2/156). 

 ================================

Kabar gembira untuk para pendosa :

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. An-Nisaa' : 110). 

 ================================

Ingin cepat hafal Al-Qur’an? Ingin cepat hafal hadits-hadits nabawi? Ingin cepat faham dalam belajar agama? Maka kiatnya sebagaimana dikatakan Bisyr bin Al-Harits :

إن أردت أن تلقن العلم فلا تعص

"Jika engkau ingin menampung ilmu, maka janganlah bermaksiat." (Al-Jami' li Akhlaq Ar-Rawi : 2/258). 

 ================================

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata :

كان الرجل منا إذا تعلم عشر آيات لم يجاوزهن حتى يعرف معانيهن والعمل بهن

"Dulu salah seorang dari kami jika telah mempelajari sepuluh ayat (Al-Qur’an), ia tidak akan pindah ke ayat berikutnya kecuali setelah mengetahui maknanya dan mengamalkannya." (Tafsir Ibnu Katsir : 1/2). 

 ================================

Kata hikmah :

البخيل ليس له خليل

"Orang kikir tak bakalan punya teman akrab" 

 ================================

Ada yang bertanya kepada Imam Ibnul Jauzi : Apa obat untuk mencegah mabuk asmara yang muncul akibat pandangan pertama? Maka Ibnul Jauzi menjawab :

علاجه الإعراض عن النظر؛ فإن النظر مثل الحبة تلقى في الأرض؛ فإذا لم يلتفت إليها يبست، وإن سقيت نبتت؛ فكذلك النظرة إذا ألحقت بمثلها

"Obatnya adalah memalingkan pandangan dari objek yang dipandang. Satu pandangan mata sama seperti biji-bijian yang ditebarkan di atas tanah. Apabila biji-bijian itu tidak disirami dan diperhatikan, maka ia tidak akan tumbuh. Tapi jika ia disirami maka ia akan tumbuh segar. Demikian juga dengan pandangan mata." (Dzammul Hawa, hal. 440). 

 ================================

Imam Ahmad pernah berkata :

أريد أن أكون في شعب بمكة ؛ حتى لا أعرف ، و قد بليت بالشهرة

"Aku ingin tinggal di pinggiran kota Makkah, sehingga aku tidak dikenal. Sesungguhnya aku diuji dengan terkenalnya namaku." (Siyar A’lam An-Nubala' : 11/210). 

 ================================

Berkata seorang salaf :

لا أرحم أحدا كرحمتي لرجلين: رجل يطلب العلم ولا فهم له، ورجل يفهم ولا يطلبه، وإني لأعجب ممن في وسعه أن يطلب العلم ولا يتعلم

"Aku tidak merasa kasihan pada seseorang seperti rasa kasihanku terhadap dua orang : seorang yang menuntut ilmu tapi tidak mempunyai kepahaman, dan seorang yang paham tapi tidak mencarinya. Serta aku sangat heran dengan orang yang lapang untuk menuntut ilmu tapi dia tidak belajar." (Jami' Bayanil ‘Ilmi wa Fadhlih : 1/103). 

 ================================

Jangan lupa membaca dzikir pagi dan petang. Para salaf mengatakan :

علامة حب الله حب ذكر الله

"Tanda cinta kepada Allah adalah senang berzikir kepada Allah." 

 ================================

Pengaruh menjaga shalat berjamaah terhadap doa.

Asyad bin Ja’far berkata :

ما رأيت عمي بشر بن منصور فاتته التكبيرة الأولى، ولا رأيته قام في مسجدنا سائل قط إلا أعطاه
"Aku belum pernah melihat pamanku Basyar bin Manshur ketinggalan takbir pertama. Dan akupun belum pernah melihat dia shalat di masjid untuk memohon sesuatu kecuali Allah mengabulkannya." (Shifatush Shafwah : 3/376). 

 ================================

Yahya bin Mu'adz berkata :

يا ابن آدم لا يزال دينك متمزقاً ما دام قلبك بحب الدنيا متعلقاً

"Wahai anak Adam, agamamu akan tetap koyak selama hatimu masih cinta kepada dunia." (Shifatush Shafwah : 4/93). 

 ================================

Berbohong awalnya memang menyenangkan, tapi akhirnya adalah keresahan. 
Sedangkan berkata jujur awalnya terkadang menyakitkan, tapi akhirnya adalah kelegaan.

================================

Gelisah Sesaat..

الدنيا من أولها إلى آخرها لا تساوي غم ساعة ..فكيف بغم العمر ؟
[الفوائد لابن القيم رقم ٤]

Dunia dari awalnya sampai akhirnya tidak lebih dari gelisah [sumpek] sesaat.. 
Bagaimana pula dengan gelisah sepanjang masa? [maksudnya adalah ahli neraka]. (Ibnul Qayyim dalam 'Al-Fawa'id')

================================

Setiap kali membaca kisah orang-orang shalih dari generasi salaf, saya selalu teringat dengan syair Imam Asy-Syafi'i -semoga Allah merahmatinya- :

أحـب الصالحيـن ولسـت منهـم
لعلـي أن أنـال بـهـم شفـاعـة
وأكـره مـن تجارتـه المعاصـي
ولـو كنـا سـواء فـي البضاعـة
"Aku mencintai orang-orang shalih walaupun aku bukan bagian dari mereka,
Semoga dengan kecintaanku itu aku mendapat syafaat mereka,
Dan aku membenci orang yang maksiat adalah perniagaannya,
Walaupun kami sama saja dalam barang dagangannya."

 ================================

MERENDAHKAN DIRI UNTUK MENINGGIKAN MUTU:

Tawadlu (rendah diri) merupakan akhlak yg sangat mulia. Jika dikerjakan karena Allah maka akan meninggikan derajat di sisi Allah. Semakin seseorang tdk angkuh maka semakin tinggi derajatnya di sisi-Nya.

Akan tetapi ada orang yang merendahkan dirinya di hadapan orang lain dengan tujuan riyaa', agar orang lain memujjinya dan mengenalnya sebagai orang yang tawadlu..., ia ingin meninggikan mutunya di hadapan orang lain dengan pura-pura merendahkan dirinya.

Maka janganlah engkau demikian wahai hamba Allah..!!!.
Tawadhu' lah engkau dari lubuk hatimu yang paling dalam, dengan penuh kesadaran bahwa tidak ada pada dirimu sesuatu yang patut kau banggakan dan sombongkan, semuanya titipan dan amanah dari Allah yang akan dimintai pertanggung jawabannya.

 ================================

RAHMAT ALLAH BAGI KITA PELAKU DOSA...!!

Allah masih sayang kepada kita, tatkala kita bermaksiat...
1. Allah masih menutup aib kita..., seandainya Allah membongkar satu saja dosa/aib kita maka betapa malunya kita..
2. Allah tdk langsng mengadzab kita..., seandainya Allah langsng mengadzab setiap dosa yang kita lakukan tentu kita tidak akan bisa hidup diatas muka bumi ini..tentu kita akan segera binasa sebelum sempet bertaubat.
3. Bahkan Allah masih terus memberikan rezki kepada kita...bahkan terkadang ditambah rizki kita, apakah kita tdk malu..? Bermaksiat tp terus dibaiki oleh Allah...??
4. Allah selalu memberi kesempatan bertaubat bagi kita...bahkan hingga nafas terakhir kita.
5. Bahkan Allah sangat gembira pada hambanya yg bertaubat...(padahal baru saja sang hamba tenggelam dalam kemaksiatan).
6. Allah juga memberi ganjaran besar bagi kita yg bertaubat... lantas..kenapa kita masih menunda taubat?, knp masih beristigfar tapi dgn hati lalai? Apakah kita terus demikian hingga Allah cabut rahmatNya sehingga kita meninggal dalam berlumuran dosa...

================================

PENDERITAAN ORANG YANG RIYAA'..

Sesungguhnya orang yang riyaa' terus dalam penderitaan...
(1). Ia menderita sebelum beramal, hatinya gelisah mencari-cari pujian orang lain, gelisah mencari-cari kesempatan kapan bisa dipuji.
(2). Ia juga menderita tatkala sedang beramal..., karena Ia harus beramal dengan sebaik-baiknya dan seindah-indahnya karena Ia ingin dipuji. Jika Ia merasakan amalannya/sholatnya/ceramahnya kurang baik maka Ia menderita karena Ia sadar bahwa pujian yang Ia harapkan tidak akan pernah terwujud.
(3). Ia juga menderita setelah beramal, karena hatinya gelisah menanti-nanti kapan pujian dan sanjungan tersebut datang...!!
(4). Jika Ia telah dipuji... terkadang Iapun masih menderita dengan kekecewaan, karena pujian yang Ia raih tidak seperti yang Ia harapkan... tidak sebanding pengorbanan dan persiapan amalan yang telah Ia lakukan.
(5). Kalaulah ia dipuji dengan pujian yang ia harapkan maka ia hanya bahagia sementara, setelah itu hatinyapun akan gelisa lagi menanti-nanti kapan datang pujian berikutnya.
(6). Dan yang paling mengenaskan.. penderitaannya diakhirat kelak..., ia akan dipermalukan oleh Allah dihadapan khalayak. Allah membeberkan kedustaannya/riya'nya.. selama ini orng terdekatnya menyangkanya sholeh atau ikhlas ternyata...????

Allah jg menghinakannya dengan memerntahkannya utk mencari ganjaran dari orang2 yang dahulu ia harapkan pujian mereka..Dan bisa jadi akhirnya Allah memasukkannya kedalam neraka..Wal'iyaadzu billah..

 ================================

Abdul Malik bin Abjar berkata :

ما من الناس إلا مبتلي بعافية لينظر كيف شكره أو مبتلي ببلية لينظر كيف صبره

"Manusia pasti diuji dengan kesehatan untuk dilihat bagaimana wujud syukurnya, atau diuji dengan musibah untuk dilihat bagaimana wujud sabarnya." (Shifatush Shafwah : 3/123). 

 ================================

Atho' bin Yasar jika melihat orang berjualan di masjid, ia berkata kepada orang tersebut :

هذه سوق الآخرة, فإن أردت البيع فأخرج إلى سوق الدنيا

"Ini adalah pasar akhirat, jika engkau mau berjualan pergi saja ke pasar dunia." (Al-Waro' li Ahmad bin Hanbal, hal. 51) 

 ================================

Definisi sehat wal afiat menurut salaf :

قيل لحامد اللفاف: كيف أصبحت؟ قال: أصبحت اشتهي عافية يومٍ إلى الليل, فقيل له: ألست في عافية في كل الأيام؟ فقال: العافية يومٌ لا أعصي الله تعالى فيه

Hamid al-Laffaf ditanya : "Apa kabarmu pagi ini?" Ia menjawab : "Pagi ini aku hanya ingin sehat wal afiat hingga malam nanti". Lalu ia ditanya lagi : "Bukankah anda sehat wal afiat setiap hari?" Ia menjawab : "Sehat wal afiat bagiku adalah jika dalam satu hari tidak melakukan maksiat terhadap Allah Ta'ala". (Al-Ihya' : 2/251).  

 ================================

"Barangsiapa yang ingin mendapatkan kelezatan iman, hendaklah dia mencintai seseorang dengan tidak mencintainya kecuali karena Allah." (Shalih Al-Jami': 6163)

 ================================

Syaikh Ibnu Shalih Al Utsaimin: "Sikap pertengahan dalam beragama adalah sikap tidak ghuluw (ekstrem) dalam beragama, yaitu melewati batasan yang ditetapkan Allah Azza Wa Jalla, namun juga tidak kurang dari batasan yang ditetapkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Cara bersikap pertengahan dalam beragama yaitu dengan meneladai jalan hidup Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam" (Majmu’ Fatawa War Rasail, 1/43)

 ================================

 Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menukilkan 2 perkataan hikmah mengenai waktu:

الْوَقْتُ سَيْفٌ، فَإِنْ قَطَعْتَهُ وَإِلَّا قَطَعَكَ

“Waktu itu pedang, kalau bukan engkau yang memotongnya, ia yang akan memotongmu”

وَنَفْسُكَ إِنْ لَمْ تَشْغَلْهَا بِالْحَقِّ وَإِلَّا شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ
“Jiwamu, jika tidak engkau sibukkan dalam kebenaran, pasti ia akan menyibukanmu dalam kebatilan” (Ad Da'u Wad Dawa'u, 1/156)  

 ================================

Ibnu Mubarak: "Aku melihat dosa-dosa mematikan hati. Sungguh melakukannya terus-menerus akan membuahkan kehinaan." (Ashirul Maknun fi riqratil qulub, 53)

 ================================

Yahya bin Mu'adz: "Barangsiapa yang memusatkan hatinya kepada Allah, niscaya akan terbukalah sumber-sumber hikmah dalam hatinya dan mengalir melalui lisannya."(Siyaathul Quluub: 33)

 ================================

 Ibnul Qayyim, telah berkata sebagaimana disebutkan di dalam Zaadul Ma’aad:

“Sesungguhnya khutbah-khutbah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu adalah berupa penetapan landasan keimanan: iman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, iman kepada pertemuan dengan-Nya, iman dengan surga dan neraka, iman dengan apa-apa yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi para kekasih dan orang-orang yang taat kepada-Nya, iman dengan apa-apa yang disediakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi musuh-musuh-Nya dan orang yang maksiat kepada-Nya, sehingga dengan khutbah ini hatipun penuh dengan keimanan dan ketauhidan.”

 ================================

“Setiap orang dari umat ini punya kewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai kemampuannya. Jika sudah ada yang berdakwah, maka gugurlah kewajiban yang lain. Jika tidak mampu berdakwah, maka tidak terkena kewajiban karena kewajiban dilihat dari kemampuan. Jika tidak ada yang berdakwah padahal ada yang mampu, maka ia terkena kewajiban untuk berdakwah” (Majmu’ Al Fatawa, 15: 166)

 ================================

Dikisahkan bahwa pada suatu malam ada seorang lelaki yang merayu seorang perempuan di tengah padang pasir akan tetapi perempuan itu enggan memenuhi ajakannya. Maka lelaki itu berkata, “Tidak ada yang melihat kita kecuali bintang-bintang.” Perempuan itu pun berkata, “Kalau begitu, dimanakah yang menciptakan bintang-bintang itu?!” (lihat Fiqh al-Asma' al-Husna, hal. 33)

 ================================

"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fushshilat: 33)

"Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman." (Adz Dzaariyaat: 55)

 ================================

 Adh Dhohak berkata,

وأي مصيبة أعظم من نسيان القرآن.

“MUSIBAH MANA LAGI YANG LEBIH BESAR DARI MELUPAKAN AL QUR’AN?” 

 ================================
 
Lisan Cerminan Hati :
Yahya bin Muadz berkata, "Hati itu seperti kuali yang mendidih didalam dada seseorang yang mendidihkan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dan sendoknya adalah lisannya. Maka tunggulah seseorang sampai ia berbicara, karena lisannya sedang menyendok sesuatu dari hatinya, mulai dari yang manis, asam, tawar dan pahit untuk diberikan kepada Anda. Sendokan lisannya itulah yang akan memberi tahu anda tentang cita rasa hatinya."

 ================================

Akhir kehidupan seseorang akan berujung pada dua hal: beruntung atau celaka. Orang yang beruntung adalah yang masuk ke dalam surga, sebaliknya yang celaka adalah yang masuk ke dalam neraka. Tidak ada keadaan ketiga.

 ================================

Jangan Sampai Menyesal di Akhirat

Memilih teman yang jelek akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut :

وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
“Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an sesudah Al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)

Lihatlah bagiamana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang yang jelek sebagai teman-temannya di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.   

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

 ================================

Hasan bin Sholih: "Mengerjakan kebaikan adalah kekuatan di badan, cahaya di hati, dan sinar di mata." (Hilyatul Auliya' VII/330)

 ================================

Kaidah ushuliyyah:

الشَارِعُ لَا يَـأْمُرُ إِلاَّ ِبمَا مَصْلَحَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً وَلاَ يَنْهَى اِلاَّ عَمَّا مَفْسَدَتُهُ خَالِصَةً اَوْ رَاجِحَةً

“Islam tidak memerintahkan sesuatu kecuali mengandung 100% kebaikan, atau kebaikan-nya lebih dominan. Dan Islam tidak melarang sesuatu kecuali mengandung 100% keburukan, atau keburukannya lebih dominan”  

 ================================

Mengutip ucapan ustadz Ja'far Umar (Thalib) hafidzahullah.  Beliau mengatakan, 
"Tujuan beragama itu sederhana; mendekatkan diri kepada Allah dan memasukkan kita ke surga. sebaliknya, menjauhkan diri kita dari neraka".

 ================================

 “Mayit dalam kuburnya, seperti orang tenggelam yang butuh pertolongan, mereka menunggu doa yang dipanjatkan oleh ayahnya atau ibunya atau saudaranya atau temannya. Jika dia mendapatkan doa, maka itu lebih dia cintai dari pada dunia seisinya. Sesungguhnya hadiah berharga dari orang hidup kepada orang mati adalah permohonan ampun untuk mereka.” (HR. Baihaqi, no.7527)

 ================================

Para ulama’ berkata, “Sesungguhnya barangsiapa yang berkeyakinan bahwa kebutuhannya tidak akan terpenuhi melainkan dengan bernadzar, maka keyakinannya tersebut hukumnya haram. Karena dirinya berkeyakinan bahwa Allah tidak akan memberi (karunia kepada hamba-Nya) kecuali dengan adanya imbalan. Hal ini merupakan salah satu bentuk berburuk sangka kepada Allah dan keyakinan yang salah terhadap-Nya, justru sebaliknya Allah adalah Dzat yang sangat royal dalam memberikan nikmat kepada para hamba-Nya.” (At Tamhid lisyarhi Kitabit Tauhid hal. 160, Darut Tauhid)

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk bernadzar, beliau bersabda: ‘Nadzar sama sekali tidak bisa menolak sesuatu. Nadzar hanyalah dikeluarkan dari orang yang bakhil (pelit)’.” (HR. Bukhari no. 6693 dan Muslim no. 1639)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah bernadzar. Karena nadzar tidaklah bisa menolak takdir sed ikit pun. Nadzar hanyalah dikeluarkan dari orang yang pelit.” (HR. Muslim no. 1640)

Kenapa dikatakan pelit? karena -seandainya- dia bernazar "Jika aku lulus ujian maka aku akan berpuasa satu minggu", dia mau ibadah jika hajatnya sudah dipenuhi, jika belum maka dia tidak melakukannya, itulah kenapa orang yang bernazar dikatakan pelit / bakhil.   

 ================================

KUNCI

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu kunci untuk membukanya,
  • Allah menjadikan kunci pembuka shalat adalah bersuci sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Kunci shalat adalah bersuci’,
  • Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kunci pembuka haji adalah ihram,
  • Kunci kebajikan adalah kejujuran,
  • Kunci surga adalah tauhid,
  • Kunci ilmu adalah bagusnya bertanya dan mendengarkan,
  • Kunci kemenangan adalah kesabaran,
  • Kunci ditambahnya nikmat adalah syukur,
  • Kunci kewalian adalah mahabbah dan dzikir,
  • Kunci keberuntungan adalah takwa,
  • Kunci taufik adalah harap dan cemas kepada Allah ‘Azza wa Jalla,
  • Kunci dikabulkan adalah doa,
  • Kunci keinginan terhadap akhirat adalah zuhud di dunia,
  • Kunci keimanan adalah tafakkur pada hal yang diperintahkan Allah, keselamatan bagi-Nya, serta keikhlasan terhadap-Nya di dalam kecintaan, kebencian, melakukan (perbuatan), dan meninggalkan (larangan),
  • Kunci hidupnya hati adalah tadabbur al-Qur’an, beribadah di waktu sahur, dan meninggalkan dosa-dosa,
  • Kunci didapatkannya rahmat adalah ihsan di dalam peribadatan terhadap Khaliq dan berupaya memberi manfaat kepada para hamba-Nya,
  • Kunci rezeki adalah usaha bersama istighfar dan takwa,
  • Kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya,
  • Kunci persiapan untuk akhirat adalah pendeknya angan-angan,
  • Kunci semua kebaikan adalah keinginan terhadap Allah dan kampung akhirat,
  • Kunci semua kejelekan adalah cinta dunia dan panjangnya angan-angan.
[Dari kitab Hadil Arwah ila biladil Afrah hal. 48, Maktabah Elektronik Asy-Syamilah]. 

Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di antara manusia ada yang menjadi kunci-kuci (pembuka) kebaikan dan menjadi penutup jalan keburukan. Dan diantara manusia juga ada yang menjadi kunci-kuci (pembuka) keburukan dan menjadi penutup kebaikan. Maka, berbahagialah orang yang Allah jadikan kunci-kuci (pembuka) kebaikan melalui tangannya. Dan celakalah bagi orang yang Allah jadikan kunci-kuci (pembuka) keburukan melalui tangannya.” (HR Ibnu Majah, dihasankan Al-Albani dalam Shohih Ibnu Majah 1/46 no. 233 Maktabah Elektronik Asy-Syamilah).

 ================================

Al-Imam Al-’Allamah Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi rahimahullahu berkata: “Kebenaran dan kesesatan itu tidak ada perantara antara keduanya. Maka, siapa yang luput dari kebenaran mesti ia jatuh dalam kesesatan.” (Mahasinut Ta’wil, 6/24)

Al Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata: “Dalam mengikuti Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdapat keberkahan dalam mengikuti syari’at, meraih keridhoan Allah subhanahu wa ta’ala, meninggikan derajat, menentramkan hati, menenangkan badan, membuat marah syaithan, dan berjalan di atas jalan yang lurus.” (Dharuratul Ihtimam, hal. 43)

Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Manusia akan senantiasa berada di atas jalan yang lurus selama mereka mengikuti jejak Nabi -Shallallahu'alaihi wa sallam-.” (HR. Al Baihaqi, Miftahul Jannah, no. 197).

 ================================

Dakwah, BERTUJUAN untuk…
Mengajak … bukan … mengejek
Mengajar … bukan … meng-hajr
Membina … bukan … menghina
Menasehati … bukan … menusuk hati 

DAKWAH akan LANCAR dengan…
Menabur kasih … bukan … menguburnya
Menggalang kekuatan … bukan … menggulungnya
Menerangi kebenaran … bukan … memeranginya
Menjaga hak saudara … bukan … menjegalnya

Dakwah, SEHARUSNYA bisa…
Membimbing … bukan … membimbangkan
Memajukan … bukan … memojokkan
Menganjurkan … bukan … menghancurkan
Menyadarkan … bukan … menidurkan

DAKWAH akan lebih BERKWALITAS dengan…
Tabah hadapi cobaan … bukan … tambah minta pujian
Sabar lewati rintangan … bukan… gusar hadapi tantangan
Mewujudkan amalan nyata … bukan … mengumbar kata kata
Menuntun mad-uw … bukan … menonton mereka

DakWah, TERASA INDAH bila untuk…
Meneladani … bukan … menelanjangi
Saling memberi … bukan … saling meng-iri
Menyemangati … bukan … menyengat-mati
Mencipta rasa damai … bukan … membuat massa ramai

DAKWAH, terasa MANIS dengan…
Menebar senyum manis … bukan … mengumbar wajah sinis
Berakhlak halus … bukan … berakal bulus
Berniat tulus … bukan … berminat fulus

DAKWAH, itu UPAYA untuk…
Mempertahankan akidah … bukan … mempertuhankan kabilah
Menghidupkan sunnah … bukan … meredupkannya dg bid’ah
Menjadikan orang patuh … bukan … membuatnya jatuh
Membuat umat sembuh … bukan … menjadikannya kumat & kambuh

(oleh: Abu Rumaisa + Addariny)

 ================================


Ibrahin At Taimi mengatakan, “Aku membayangkan tatkala diriku dicampakkan ke neraka, Lalu kumakan buah Zaqqum dan kuminum nanah, sedang tubuhku terkait dengan rantai dan belenggu. Saat itu kutanya diriku, “Apa yang kamu dambakan sekarang?” maka jawabnya, “Aku ingin kembali ke dunia dan beramal shalih,” maka aku berkata, “Engkau sedang berada dalam angan-anganmu sekarang (engkau saat ini masih hidup di dunia), maka beramallah!” (Lihat Umniyat al Mauta)

  ================================

Muhammad bin Manshur –rahimahullah- berkata :
“Ada enam perangai, yang dengannya kita dapat mengenali orang bodoh: marah tanpa sebab, berkata-kata yang tidak ada manfaatnya, menyampaikan peringatan tidak pada tempatnya, membocorkan rahasia, senantiasa percaya kepada setiap orang, dan tidak dapat mengenali kawan dari lawannya” [Hilyatul Auliya’, oleh Abu Nu’aim Al Asbahani 10/217].

  ================================

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya seorang hamba menyungkur sujud sejak ia dilahirkan sampai ia mati tua dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, niscaya ia akan menganggap hal itu kecil (remeh) pada hari kiamat. Dan orang tersebut pasti sangat mengharap dikembalikan kedunia untuk menambah ganjaran pahala." (HR. Ahmad no. 17650)

Diakherat pelaku maksiat akan menyesal atas dosa yang telah dilakukannya, dan pelaku ketaatan akan sangat berharap untuk bisa menambah ketaatannya.. 

"Pada hari itu manusia ingat (sadar), akan tetapi tidak berguna lagi kesadaran itu baginya. dia mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku ini." (Al-Fajr : 23-24) 

Mari perbaiki, sebelum datang masa menyesal yang tiada arti..

================================

Sedikit Bicara, Banyak Amalan

'Umar bin 'Abdul 'Aziz berkata: “Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding amalnya, tentu ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat” Kata Ibnu Rajab, “Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung perkataannya dari amalannya” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 291).

Yang kita saksikan di tengah-tengah kita, “Talk more, do less (banyak bicara, sedikit amalan)”.
(Ustadz Muhammad Abduh TUasikal)

 ================================

Berkata Salamah bin Dinar : "Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang membuatmu bahagia kecuali ia bercampur dengan sesuatu yang membuatmu bersedih." (Shifatush Shafwah : 2/164).

'Ikrimah berkata, "Semua orang pasti mengalami kegembiraan dan kesedihan, karena itu bersyukurlah disaat senang dan bersabarlah disaat sedih." (Ath-Thabari XXIII/198)

 ================================

Kalau iblis saja bercita-cita besar untuk menyesatkan seluruh manusia... mengapa para da'i tidak bercita-cita besar untuk memberikan pancaran hidayah ini kepada segenap manusia...?! 
(Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi)

 ================================

Hidayah itu datang dengan mencoba bukan dg menunggu.
Jadi bukan tunggu hidayah datang baru berjilbab, namun berjilbablah skrg juga, moga Allah beri hidayah untuk istiqomah.

(Ustadz M. Abduh Tausikal)

 ================================

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu berkata,
"Jiwa itu selalu mementingkan hawa nafsunya, selalu menyukai sesuatu yang hina, selalu condong kepada yang sia-sia, selalu menyuruh kepada keburukan, suka bermalas-malasan, suka mencari kesenangan, dan selalu lari dari beramal. Jika engkau paksa jiwamu, berarti engkau telah menegakkannya, dan jika engkau melalaikan jiwamu, maka engkau telah merusaknya". (AL 'Aqdul Fariid 6/393).

 ================================

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapa saja yang suka agar Allah mengabulkan doanya pada waktu kesusahan dan kesempitan maka hendaklah dia memperbanyak doa pada waktu senang." (HR. at-Tirmidzi no. 3382 dan selainnya)

 ================================

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :
"Sesungguhnya amalan-amalan berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan perbedaan tingkatan keimanan dan keikhlasan yang terdapat di hati. Dan sungguh ada dua orang yang berada di satu shaf sholat akan tetapi perbedaan nilai sholat mereka berdua sejauh antara langit dan bumi" (Minhaajus sunnah 6/136-137)

 ================================

Alah subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (Qs. Adz Dzaariyaat: 20-21)

Qatadah berkata, "Barangsiapa yang merenungkan penciptaan dirinya sendiri, niscaya akan mengetahui bahwa sesungguhnya tujuan dirinya diciptakan dan persendian tulangnya dilenturkan hanyalah untuk beribadah." (Al-Qurtubi XVII/40)

 ================================

Imam Ahmad berkata, ”Jika engkau ingin Allah melancarkan untukmu sesuatu yang engkau cintai, maka teruslah mengerjakan sesuatu yang Dia cintai.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah 10/330)

 ================================

Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma meriwayatkan bahwa seseorang mendatangi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, lalu dia bertanya, "Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling dicintai Allah? Perbuatan apakah yang paling dicintai Allah?", lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab,

1. "Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia,
2. dan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim,
3. atau menjauhkan kesusahan darinya,
4. atau membayarkan hutangnya,
5. atau menghilangkan laparnya.
6. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri'ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan,
7. dan barangsiapa yang menahan amarahnya niscaya Allah menutup aibnya,
8. dan barangsiapa yang menahan murkanya padahal jikalau ia kehendaki untuk melampiaskannya pasti ia lampiaskan niscaya Allah mengisi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat,
9. dan baragsiapa yang berjalan bersama saudaranya muslim untuk sebuah keperluan sampai selesai urusannya niscaya Allah akan tetapkan telapak kakinya pada hari yang tergelincir telapak kaki-telapak kaki,
10. dan sungguh akhlak yang buruk benar-benar akan menghancurkan amalan sebagaimana cuka menghancurkan madu." (HR. Ath Thabrani di dalam Al Mu'jam Al Kabir, no. 13646, dihasankan oleh al Albani di dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 906)

 ================================

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)

 ================================

Dalam kitab Az-Zuhd karya imam Ahmad, ia meriwayatkan dari Mujahid, ia berkata, "Ada seseorang yang mengirim surat kepada 'Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu, "Hai Amirul Mukminin! (manakah yang lebih tinggi derajatnya), apakah orang yang tidak memiliki keinginan berbuat maksiat dan tidak menuruti keinginannya, ataukah orang yang memiliki keinginan berbuat maksiat dan tidak melakukannya?". 'Umar pun membalas surat tersebut, "Yang terbaik adalah orang yang ingin berbuat maksiat tapi tidak melakukannya."

"Mereka itulah orang-orang yang telah di uji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar." (Al Hujuraat: 3)

 ================================

"Jika datang (takdir Allah) kepada hamba-hamba-Nya sesuatu yang tidak mereka sukai, maka itu lebih baik bagi mereka ketimbang tidak datang kepada mereka. Hal ini sebagai bentuk perhatian, kebaikan, dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Seandainya hamba-hamba-Nya mampu untuk memilih untuk diri mereka sendiri, niscaya mereka tidak mampu melakukan hal-hal yang bermaslahat bagi mereka. Tetapi Allah ‘Azza wa Jalla mengatur urusan hamba-hamba-Nya dengan ilmu, keadilan, hikmah dan rahmat-Nya, baik mereka suka maupun tidak suka".

(Al Iman bil Qadha' wal Qadar, Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, hal.160).

 ================================

"Dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang berbuat zalim." (Al Hujuraat: 11)

 ================================

Tidak ada rumah bagi seseorang untuk ditempati setelah kematian,
kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya...

 ================================

Barangsiapa yang menginginkan pelindung, maka Allah cukup baginya..
Barangsiapa yang menginginkan teladan, maka Rasulullah cukup baginya..
Barangsiapa yang menginginkan pedoman hidup, maka al-Qur’an dan as-Sunnah cukup baginya..
Barangsiapa yang menginginkan peringatan maka kematian cukup baginya..
Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka cukup baginya..

================================ 

“Bagaimana bisa merasakan kegembiraan dengan dunia, orang yang perjalanan harinya menghancurkan bulannya, dan perjalanan bulan demi bulan menghancurkan tahun yang dilaluinya, serta perjalanan tahun demi tahun yang menghancurkan seluruh umurnya. Bagaimana bisa merasa gembira, orang yang umurnya menuntun dirinya menuju ajal, dan masa hidupnya menggiring dirinya menuju kematian.” (lihat Jami' al-'Ulum wa al-Hikam, hal. 483)

 ================================

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sungguh sebuah perkara yang amat mengherankan tatkala kamu telah mengenal-Nya lantas kamu justru tidak mencintai-Nya. Kamu mendengar da'i yang menyeru kepada-Nya akan tetapi kamu justru berlambat-lambat dalam memenuhi seruan-Nya. Kamu menyadari betapa besar keuntungan yang akan dicapai dengan bermuamalah dengan-Nya namun kamu memilih bermuamalah dengan selain-Nya. Kamu mengerti betapa berat resiko kemurkaan-Nya namun kamu nekat membangkang kepada-Nya. Kamu bisa merasakan betapa pedih kegalauan yang muncul dengan bermaksiat kepada-Nya namun kamu tidak mau mencari ketentraman dengan cara taat kepada-Nya. Kamu bisa merasakan betapa sempitnya hati tatkala menyibukkan diri dengan selain ucapan-Nya atau pembicaraan tentang-Nya namun kemudian kamu tidak merindukan kelapangan hati dengan cara berdzikir dan bermunajat kepada-Nya. Kamu pun bisa merasakan betapa tersiksanya hatimu tatkala bergantung kepada selain-Nya namun kamu tidak mau meninggalkan hal itu menuju kenikmatan yang ada dalam pengabdian serta kembali bertaubat dan taat kepada-Nya. Dan yang lebih aneh lagi daripada ini semua adalah kesadaranmu bahwa kamu pasti membutuhkan-Nya dan bahwa Dia merupakan sosok yang paling kamu perlukan, akan tetapi kamu justru berpaling dari-Nya dan mencari-cari sesuatu yang menjauhkan dirimu dari-Nya.” (al-Fawa'id, hal. 45)

Semoga bermanfaat
____________
Sumber:

0 komentar:

Posting Komentar