Test Footer 2

Main Menu (Do Not Edit Here!)

Jumat, 27 Januari 2012

Kitab Istighfar

Ketahuilah bahwa kitab ini merupakan masalah yang paling penting yang harus diperhatikan, dan harus dijaga untuk mengamalkannya. Dan maksud saya mengakhirkan pembahasan tentangnya adalah demi menumbuhkan optimisme agar Allah menutup untuk kita dengannya. Saya memohon hal tersebut dan kebaikan lainnya untukku dan para kekasihku serta kaum Muslimin lainnya. Amin.

Allah Ta'ala berfirman,

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِىِّ وَاْلإِبْكَارِ
"Dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabbmu pada waktu petang dan pagi." (Al-Mukmin: 55).

Allah Ta'ala berfirman,

وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
"Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad: 19).

Allah Ta'ala berfirman,

وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا [النساء/106]
"Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An-Nisa: 106).

Dan Allah Ta'ala berfirman,

لِلَّذِينَ اتَّقَوْا عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَأَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ [آل عمران/15]
الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آَمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ [آل عمران/16، 17]
"Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Rabb mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah; Dan Allah Maha Melihat hamba-hambaNya. (Yaitu) orang-orang yang berdoa, 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka.' (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur." (Ali Imran: 15-17).

الْقَانِتِيْنَ bermakna, orang-orang yang selalu konsisten menaati Allah dan tunduk kepadanya.

Dan Dia berfirman,

وَمَاكَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَاكَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (Al-Anfal: 33).

Dan Dia berfirman,

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui." (Ali Imran: 135).

Dan Dia berfirman,

وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُورًا رَّحِيمًا
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian dia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (An-Nisa: 110).

Dan Dia berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
"Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepadaNya..." (Hud: 3)

Dan Dia berfirman mengabarkan tentang Nuh 'alaihis salam,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun'." (Nuh: 10).

Dan Allah berfirman menceritakan tentang Hud 'alaihis salam,

وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
"Dan (dia berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertaubatlah kepadaNya...'." (Hud: 52).

Dan ayat-ayat tentang istighfar ini sangat banyak dan terkenal, dan sebagai pengingat sudah cukup dengan yang telah kami sebutkan. Sedangkan hadits-hadits yang ada tentang istighfar, maka tidaklah mungkin untuk disebut secara keseluruhan, akan tetapi saya akan tunjukkan sebagiannya, 

(1281) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Istihbab al-Istighfar wa al-Iktsar, 4/2075, no. 2702. dari al-Agharr al-Muzani yang seorang sahabat radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ، وَإِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.
"Sungguh hatiku disibukkan (oleh kelalaian berdzikir pada Allah), tapi sungguh saya akan beristighfar kepada Allah seratus kali sehari."

يُغَانُ عَلَي قَلْبِيْ bermakna, hatiku diselimuti (dipenuhi) oleh rasa bosan, kelalaian, dan kemalasan dari dzikir kepada Allah. 

(1282) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, Kitab ad-Da'awat, Bab Istighfar an-Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam fi al-Yaum wa al-Lailah, 11/101, no. 6307. dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, dia berkata, Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

وَاللهِ، إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً.
"Demi Allah, sungguh aku beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepadaNya dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali." 

(1283) Kami meriwayatkan juga dalam Shahih al-Bukhari, Kitab ad-Da'awat, Bab Afdhal al-Istighfar, 11/97, no. 6306. Dari Syaddad bin Aus radiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,

سَيِّدُ الاِسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُوْلَ الْعَبْدُ:
اللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِي، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
مَنْ قَالَهَا بِالنَّهَارِ مُوْقِنًا بِهَا، فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوْقِنٌ بِهَا، فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ، فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ.
"Penghulu istighfar adalah ucapan seorang hamba, 'Wahai Allah, Engkaulah Rabbku, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Engkau telah menciptakanku, aku adalah hambaMu, aku senantiasa berada dalam perjanjian denganMu (bersaksi dengan tauhid) dan janji terhadapMu selama aku mampu, aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan yang telah aku perbuat, aku mengakui nikmatMu terhadapku, aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku; karena tidak ada yang mengampuni dosa melainkan Engkau.' Siapa saja yang mengucapkannya dengan yakin pada siang hari, lalu dia meninggal hari itu sebelum sore hari, maka dia termasuk penduduk surga. Dan siapa saja yang mengucapkannya dengan yakin pada malam hari, lalu dia meninggal sebelum Shubuh, maka dia termasuk penduduk surga."

Saya berkata, "أَبُوْءُ bermakna saya mengakui dan mengikrarkan

(1284) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Kami pernah menghitung bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah majelis mengucapkan sebanyak seratus kali,

رَبِّ اغْفِرْ لِيْ، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
"Ya Rabb, ampunilah aku, terimalah taubatku, sesungguhnya Engkaulah Maha penerima Taubat lagi Maha Penyayang."

At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."

(1285) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ، جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ مَخْرَجًا، وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
'Barangsiapa yang membiasakan diri beristighfar (memohon ampunan), maka Allah menjadikan jalan keluar baginya dari segala kesempitan, dan memberikan jalan keluar dari segala kesedihan, serta Dia memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka'." 

Dhaif: Diriwayatkan oleh Ahmad 1/248; Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab al-Istighfar, 1/1254, no. 3819; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Istighfar, 1/476, no. 1518; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 460; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, 10/281, no. 10665, dan dalam al-Mu'jam al-Ausath no. 6287, serta dalam ad-Du'a`, no. 1774; Ibn as-Sunni, no. 364; al-Hakim 4/262; al-Baihaqi 3/351; Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 3/211; al-Baghawi 1296; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 216: dari beberapa jalur, dari al-Walid bin Muslim, al-Hakam bin Mush'ab telah menceritakan kepada kami, dari Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, (dari ayahnya), dari kakeknya dengan hadits tersebut.

Ath-Thabrani berkata dalam al-Mu'jam al-Ausath, "Tidak diriwayatkan dari Ibnu abbas melainkan dengan jalur isnad ini." Dan al-Mundziri berkata, "Dalam sanadnya terdapat al-Hakam bin Mush'ab, dan tidak dapat dijadikan hujjah." Saya berkata, "Di dalamnya terdapat kelemahan dan kemajhulan, maka sanadnya dhaif, dan Abu Nu'aim, al-Baghawi, adz-Dzahabi, al-Mundziri, al-Munawi, dan al-Albani telah mendhaifkannya. 

(1286) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab at-Taubah, Bab Suquth adz-Dzunub bi al-Istighfar, 4/2106, no. 2749. Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَوْ لَمْ تُذْنِبُوْا، لَذَهَبَ اللهُ بِكُمْ، وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُوْنَ، فَيَسْتَغْفِرُوْنَ اللهَ تعالى فَيَغْفِرُ لَهُمْ.
'Dan demi Dzat Yang jiwaku berada di TanganNya, kalau kalian tidak berdosa niscaya Allah akan memusnahkan kalian, dan akan mendatangkan kaum yang berdosa, lalu mereka beristighfar kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka'." 

(1287) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawuddari Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu,

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ يُعْجِبُهُ أَنْ يَدْعُوَ ثَلاَثًا وَيَسْتَغْفِرَ ثَلاَثًا.
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam sangat menyukai berdoa (dengan mengulang) tiga kali dan beristighfar tiga kali."

Dan hadits ini baru saja telah dikemukakan pada Kitab Doa-doa simpel dan padat makna." 

(1288) Kami meriwayatkan dalam kitab Abu Dawud dan at-Tirmidzi dari bekas sahaya Abu Bakar, dari Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

مَا أَصَرَّ مَنِ اسْتَغْفَرَ، وَإِنْ عَادَ فِي الْيَوْمِ سَبْعِيْنَ مَرَّةٍ.
'Tidaklah disebut sebagai mushir orang yang (terus-menerus berbuat dosa), orang yang beristighfar, walaupun dia mengulanginya tujuh puluh kali dalam sehari'." 

Hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Istighfar, 1/475, no. 1514; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/558, no. 3559; Abu Ya'la, no. 137-139; Ibn as-Sunni, no. 361; dan al-Baghawi, no. 1297: dari beberapa jalur, dari Utsman bin Waqid, Abu Nushairah telah menceritakan kepada kami, dari bekas sahaya Abu Bakar, dari Abu Bakar dengan hadits tersebut.

At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini gharib, sesungguhnya kami hanya mengetahuinya dari hadits Abu Nushairah, dan isnadnya tidak kuat." Al-Baghawi dan al-Mundziri menyetujuinya. Saya berkata, "Abu Nushairah adalah Muslim bin Ubaid al-Wasithi, dia seorang yang tsiqah atau lebih rendah sedikit dari itu. Illat pada hadits tersebut adalah pada kemajhulan bekas sahaya Abu Bakar, maka sanadnya dhaif disebabkan olehnya. Al-Albani mendhaifkannya. Kemudian aku mendapatkan syahid untuknya dalam riwayat ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1797 dari hadits Ibnu Abbas dengan lafazhnya dengan sanad la ba`sa bihi maka ini menjadikannya minimal dalam kategori hasan.

At-Tirmidzi berkata, "Isnadnya tidak kuat." 

(1289) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Anas radiyallahu 'anhu, dia berkata, saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

قَالَ اللهُ تعالى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي، غَفَرْتُ لَك مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ. يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ، ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِيْ، غَفَرْتُ لَكَ. يَا ابْنَ آدَمَ! لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطَايَا، ثُمَّ أَتَيْتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا، لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
"Allah Ta’ala berfirman, 'Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya kamu, selama masih berdoa kepadaKu dan mengharapkanKu, niscaya Aku akan mengampuni segala dosamu (sebanyak apapun) dan Aku tidak peduli. Wahai anak cucu Adam, kalau seandainya dosamu (menumpuk) mencapai awan di langit kemudian kamu meminta ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuni segala dosamu. Wahai anak cucu Adam, kalau seandainya kamu mendatangiKu dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu mendatangiKu, dengan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu, niscaya Aku akan memberikan ampunan sepenuh bumi'." 

Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Fadhlu at-Taubah wa al-Istighfar, 5/458, no. 3540: dari jalur Katsir bin Faid, Sa'id bin Ubaid telah menceritakan kepada kami, saya mendengar Bakar bin Abdullah al-Muzani, Anas telah menceritakan kepada kami dengan hadits tersebut.

Dan sanad ini di dalamnya terdapat kelemahan dari sisi Katsir bin Faid, maka padanya terdapat kemajhulan, dan al-Asqalani telah menerimanya dalam al-Mutaba'at. Akan tetapi dia mempunyai syahid dalam riwayat Ahmad 5/147, 148, 153, 154,155, 167,169, 172 dan 180; ad-Darimi 2/322; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 13; al-Hakim 4/241; dan al-Baihaqi dalam asy-Syu'ab, no. 1040-1042: secara panjang lebar maupun secara ringkas dari hadits Abu Dzar. Sanadnya layak untuk menguatkan hadits Anas. Maka hadits tersebut dengan adanya hadits Anas menjadi hasan sebagaimana dikatakan oleh at-Tirmidzi, dan disepakati oleh al-Mundziri, an-Nawawi, as-Sakhawi, dan al-Albani. Benar, kosa kata hadits keseluruhannya adalah telah shahih disebabkan berbagai jalur lainnya. Adapun hadits tersebut secara panjang, maka derajatnya hanya hasan. Wallahu a'lam.

At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan."

Saya berkata, عَنَانُ السَّمَاءِdengan memfathahkan 'ain adalah awan, bentuk tunggalnya adalah عَنَانَةٌ dan menurut pendapat lain dikatakan العَنَانُ bermakna sesuatu yang tampak kepadamu (dari kata عَنَّ), maksudnya apa yang nampak jika kamu mengangkat kepalamu. Sedangkan قُرَابُ اْلأَرْضِ diriwayatkan dengan mendhammahkan dan mengkasrahkan qaf, dan riwayat yang mendhammahkan adalah yang masyhur- dan maknanya adalah yang mendekati penuhnya, dan di antara yang meriwayatkan dengan mengkasrahkannya adalah penulis al-Mathali'. 

(1290) Kami meriwayatkan dalam Sunan Ibnu Majah dengan isnad yang jayyid (baik) dari Abdullah bin Busr radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا.
'Beruntunglah bagi orang yang mendapatkan dalam shahifah (catatan amalan)nya istighfar yang banyak'." 

Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab al-Istighfar, 2/1254, no. 3817; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 459; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1789; dan al-Baihaqi dalam asy-Syu'ab, no. 647: dari dua jalur, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Irq, dari Abdullah bin Busr dengan hadits tersebut.

Al-Mundziri berkata, "Isnadnya shahih." Dan an-Nawawi menilainya jayyid (baik), al-Bushiri berkata, "Isnadnya shahih, para perawinya tsiqah." Dan al-Albani menshahihkannya, dan dia sebagaimana yang mereka katakan.

(1291) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan at-Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ: 
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ،
غُفِرَتْ دُنُوبُهُ، وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ.
'Barangsiapa yang mengucapkan, 'Aku memohon ampun kepada Allah yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia yang Mahahidup lagi terus-menerus mengurusi makhlukNya dan aku bertaubat kepadaNya, niscaya dosa-dosanya diampuni walaupun dia telah lari dari peperangan'." 

Shahih: Diriwayatkan oleh al-Hakim 1/511, 2/118: dari dua jalur sanad yang shahih, dari Isra`il dari Abu Sinan, dari Abu al-Ahwash, dari Ibnu Mas'ud dengan hadits tersebut. Dan dia menshahihkannya pada tempat yang pertama berdasarkan syarat keduanya (al-Bukhari dan Muslim). Adz-Dzahabi mengoreksinya dengan perkataannya, "Abu Sinan adalah Dhirar bin Murrah; al-Bukhari tidak mengeluarkan hadits untuknya." Saya berkata, "Al-Bukhari juga tidak mengeluarkan hadits untuk Abu al-Ahwash Auf bin Malik. Keduanya adalah tsiqah, termasuk dari perawi Muslim, maka sanadnya hanya berdasarkan syaratnya saja. Sedangkan dalam tempat lain, al-Hakim menshahihkannya berdasarkan syarat Muslim semata, adz-Dzahabi menyepakatinya, dan dia pun demikian.

Kemudian al-Bukhari dalam at-Tarikh 3/379; Abu Dawud. Kitab ash-Shalah, Bab al-Istighfar, 1/475, no. 1516; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Du'a adh-Dhaif , 5/568, no. 3577: tidak mengeluarkan matan ini dari hadits Ibnu Mas'ud sebagaimana disebutkan oleh penulis (an-Nawawi), bahkan mereka mengeluarkannya dari jalur Hafsh bin Umar asy-Syanni, Abu Umar bin Murrah menceritakan kepadaku, saya mendengar Bilal bin Yasar bin Zaid, ayahku menceritakan kepadaku, kakekku, Zaid salah seorang bekas sahaya Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam menceritakan kepadaku... maka dia menyebutkannya secara marfu'. At-Tirmidzi mendhaifkannya, dan al-Mundziri menyatakan isnadnya jayyid (baik), padahal ia tidak baik, karena pada diri Hafsh dan Umar terdapat kemajhulan. Dan pendapat yang terpilih adalah bahwa keduanya diterima dalam mutaba'at, sedangkan Bilal dan ayahnya maka keduanya adalah majhul sehingga sanadnya dhaif. Benar, dia kuat dengan sanad sebelumnya dan lainnya, oleh karena itu, -wallahu a'lam- al-Albani menshahihkannya.

Al-Hakim berkata, "Hadits ini shahih berdasarkan syarat al-Bukhari dan Muslim."

Saya berkata, Bab ini sangat luas sekali, sedangkan meringkasnya merupakan tindakan yang mendekatkan kepada ketepatan. Maka kami mencukupkan diri pada kadar tersebut. 

Pasal: Dan hadits yang berkaitan dengan istighfar adalah riwayat yang datang dari ar-Rabi' bin Khutsaim (Yaitu Ibnu A`idz, Abu Yazid ats-Tsauri al-Kufi, seorang imam yang diteladani, ahli ibadah, salah seorang tokoh terkemuka, sempat bertemu Nabi shallahu 'alaihi wa sallam dan meriwayatkan secara mursal dari beliau. Dia meninggal sebelum tahun 65 H. Biografinya terdapat dalam Thabaqat Ibni Sa'ad 6/453, dan dalam Siyar A'lam an-Nubala` 4/258. red-)

dia berkata, "Janganlah salah seorang di antara kamu mengatakan, أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ (Saya memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya)' karena apabila hal ini tidak dilakukan maka akan menjadi dosa dan dusta sekaligus, akan tetapi katakanlah, اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ (Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku)'."

Dan perkataannya ini dari ucapan, اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَتُبْ عَلَيَّ adalah hasan. Sedangkan ketidaksukaannya terhadap ucapan "Astaghfirullah" dan penamaannya sebagai suatu kedustaan (apabila tidak dilakukan), maka kami tidak sepakat dengannya, karena makna "Astaghfirullah" adalah saya memohon ampunanNya, dan dalam hal ini tidak ada kebohongan. Dan cukuplah hadits Ibnu Mas'ud yang telah disebutkan sebelumnya sebagai penolaknya.

Dari al-Fudhail rahimahullah

اِسْتِغْفَارٌ بِلاَ إِقْلاَعٍ تَوْبَةُ اْلكَذَّابِيْنَ.
"Istighfar (mohon ampunan) tanpa melepaskan diri (dari dosa) adalah taubatnya para pendusta."

Dan mirip dengan ini adalah ucapan yang datang dari Rabi'ah al-Adawiyah ( Binti Ismail, seorang wanita dari Bashrah, seorang wanita yang zuhud dan tekun beribadah. Dia meninggal 180 H. Biografinya dalam Wafayat al-A'yan 3/215, Siyar A'lam an-Nubala` 8/241.) dia berkata, "Istighfar kami butuh kepada istighfar yang banyak." (Ini adalah perkataan Rabi'ah asy-Syamiyah, bukan Rabi'ah al-Adawiyah. Dia juga seorang zuhud yang terkenal. Lihat Siyar A'lam an-Nubala` 8/243.)

Dan diriwayatkan dari sebagian orang Arab Badui, bahwa dia bergantung pada tirai Ka'bah seraya berkata, "Ya Allah, sesungguhnya istighfarku bersamaan dengan masih terusnya aku berbuat dosa adalah suatu cela dan sesungguhnya tindakanku meninggalkan istighfar bersamaan dengan pengetahuanku tentang luasnya pintu ampunanMu adalah sungguh merupakan kelemahan. Betapa banyak Engkau suka memberikan aku segala kenikmatan, padahal Engkau tidak butuh kepadaku dan berapa banyak aku membuatmu benci dengan melakukan kemaksiatan, padahal aku sangat butuh kepadaMu! Wahai Dzat yang apabila berjanji selalu memenuhi, Dzat yang apabila mengancam, Dia merelakan, maka Dia memaafkan! Masukkanlah Dosaku yang besar ke dalam ampunanMu yang besar, wahai Dzat Yang Maha Penyayang."

***
Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.
www.alsofwah.or.id

0 komentar:

Posting Komentar