Test Footer 2

Main Menu (Do Not Edit Here!)

Senin, 09 Juli 2012

Air Mata Untuk Islam

Seorang ulama India menulis surat kepadaku yang isinya adalah : ia telah membaca sebuah buku yang baru saja diterbitkan dalam bahasa Tamil, bahasa penduduk India yang berdiam di Nagore dan sekitarnya, di selatan kota Madras. Isi buku itu adalah biografi Sayyid Abdul Qadir al-Jailani (rahimahullah) dengan menyebutkan berbagai macam keutamaan dan karamahnya.
Ia mendapatkan bahwa penulis buku itu telah memberikan sifat-sifat dan gelar-gelar kepada Sayyid Abdul Qadir dengan sifat-sifat dan gelar-gelar yang hanya pantas untuk derajat Uluhiyyah (ke-Tuhanan). Diantaranya : Sayyid as-Samâwâti wal Ardhi (Pemilik langit dan bumi), an-Naffâ’ adh-Dharrâr (Pemberi manfaat dan keburukan), Muhyi al-Mautâ (Yang menghidupkan orang-orang mati), Mâhî adz-Dzunûb (Penghapus dosa), Shâhib asy-Syarî’ah (Pemilik syari’at).. dan masih banyak yang semacamnya!!

Penulis surat juga mengatakan bahwa ia membaca dalam buku itu sebuah bab yang menjelaskan tata cara yang wajib dilakukan seseorang yang menziarahi kubur Sayyid Abdul Qadir. Penulis buku mengatakan : "Kewajiban pertama bagi penziarah adalah berwudhu dengan wudhu yang sempurna, kemudian shalat dua rakaat dengan penuh kekhusyu’an, lalu menghadap ke "Ka’bah" yang mulia. Setelah memberi salam kepada Sang Penghuni Kubur, penziarah berdoa : Wahai pemilik jin dan manusia, tolonglah aku untuk memenuhi hajatku dan menghilangkan kesusahanku.. Tolonglah aku wahai Muhyiddin Abdul Qadir, tolonglah aku wahai Sultan Abdul Qadir…"

Penulis surat berkata bahwa di wilayah Nagore, India, terdapat sebuah kubur yang diberi nama "Syah al Hamid". Menurut penduduk, ia adalah putera Sayyid Abdul Qadir. Penduduk selalu bersujud kepada kubur  tersebut sebagaimana sujud mereka kepada Allah. Di hampir setiap negeri dan kampung di wilayah-wilayah India memiliki kubur yang diklaim sebagai kubur Abdul Qadir al-Jailani. Kubur-kubur itu menjadi kiblat bagi  orang-orang Islam di setiap negeri tersebut, tempat untuk meminta segala kebutuhan mereka. Mereka juga menginfakkan harta untuk para pelayan dan penjaga kubur-kubur. Dan di hari-hari maulid (kelahiran)-nya, mereka menghabiskan harta yang seandainya diberikan kepada orang-orang fakir di dunia ini, niscaya mereka akan menjadi kaya raya.

Demikianlah surat yang dikirimkan kepadaku; dan Allah Maha Mengetahui, sebelum aku menyelesaikan membaca surat tersebut, bumi seakan berputar dan dunia menjadi gelap di mataku. Aku tidak mampu melihat sekelilingku karena kesedihan terhadap apa yang menimpa Islam di tengah-tengah kaum yang telah melupakannya setelah dahulu mereka mengenalnya; yang telah menghinakannya setelah dahulu mereka memuliakannya. Mereka telah pergi kepada berbagai macam mazhab yang tidak dikenal dan tidak ada sangkut pautnya dengan Islam!!

Mata mana yang mampu menahan setetes air matanya, sementara dia melihat pemandangan yang menyedihkan ini?! Melihat kaum muslimin, sementara mereka ruku' dan sujud menghadap kubur; yang barangkali saja diantara mereka ada orang-orang yang lebih baik keadaannya daripada penghuni kubur itu sendiri?!

Hati mana yang tidak akan berguncang walaupun hanya sesaat, ketika dia melihat kaum muslimin, pemilik agama Tauhid ternyata lebih buruk kesyirikannya daripada orang-orang musyrik dan lebih banyak memiliki "tuhan-tuhan" selain Allah?!

Mengapa kaum muslimin membenci aqidah Trinitas orang-orang Nasrani? Untuk apa kaum muslimin memerangi mereka sementara mereka sendiri tidak sampai kepada apa yang dilakukan oleh sebagian orang-orang Islam?!

Nasrani beriman kepada Tuhan yang tiga (Trinitas), walaupun mereka sendiri juga merasakan keanehan dengaan aqidah tersebut dan sangat jauh dari akal sehat. Mereka pun memberikan penafsiran bahwa tiga oknum tersebut dihukumi sebagai wujud yang satu. Adapun kaum muslimin, mereka telah meyakini ribuan "tuhan-tuhan", yang sebagian besarnya adalah akar-akar pohon, jasad-jasad orang mati, potongan-potongan batu tanpa mereka sadari.

Sering kali seorang manusia menyimpan dalam hatinya sesuatu, dan dia tidak pernah menyadarinya. Sering kali dirinya menyimpan aqidah yang tersembunyi, namun dia tidak menyadari bahwa perkara itu ada dalam dirinya. Aku tidak melihat perumpamaan yang lebih dekat untuk perkara ini selain kaum muslimin yang meminta segala hajat dan kebutuhannya kepada para penghuni kubur. Mereka tunduk beribadah kepadanya  sebagaimana tunduknya kepada Tuhan yang disembah.

Jika mereka dikritik tentang perbuatannya tersebut, mereka akan mengatakan: "Kami tidak menyembahnya, kami hanya menjadikannya sebagai wasilah (perantara) kepada Allah"; seakan-akan mereka tidak menyadari  bahwa "ibadah" (peribadatan/penghambaan), hakikatnya adalah apa yang mereka lakukan. Dan bukti terbesar akan uluhiyyah-nya Allah Ta’ala adalah ketika para hamba-Nya tunduk dengan penuh kekhusyu’an  dihadapan-Nya, mencari pertolongan dan bantuannya. Sementara mereka itu (orang-orang yang meminta di kuburan) pada hakikatnya beribadah kepada orang-orang mati tanpa mereka sadari...

Islam datang dengan aqidah Tauhid untuk mengangkat jiwa-jiwa kaum muslimin dan menanamkan dalam hati mereka sifat kemuliaan jiwa yang akan membebaskan mereka dari segala bentuk penghambaan dihadapan manusia. Itulah yang terlihat pada pribadi-pribadi muslim di generasi awal umat ini. Adapun pada hari ini, aqidah mereka telah kemasukan berbagai macam aqidah syirik baik yang nampak maupun yang tersembunyi.

Demi Allah, kaum muslimin tidak akan mampu mengembalikan kemuliaan pendahulu mereka, tidak akan mampu mencapai apa yang mereka inginkan dari kebahagiaan dunia, kecuali mereka mau mengembalikan apa yang telah mereka abaikan dari aqidah Tauhid. Mustahil Allah akan menganugerahkan kebahagiaan kepada suatu kaum yang telah menghinakan-Nya; yang jika ditimpa musibah, mereka akan mengingat batu sebelum mengingat-Nya, meminta kepada pohon sebelum meminta kepada-Nya.

Wahai para pemimpin umat! Kami berikan uzur kepada orang-orang awam dalam kesyirikan mereka. Karena orang awam umumnya memiliki pandangan dan pikiran yang sangat lemah untuk memahami Uluhiyyah sementara mereka melihat contoh nyata dalam pengagungan patung dan kuburan. Apa uzur kalian, para pemimpin umat, sementara kalian membaca Kitab Allah, membaca sifat-sifat-Nya dan kalian paham makna Firman-Nya : "Katakanlah: Tidak ada yang mengetahui yang ghaib di langit dan di bumi kecuali Allah." [terjemah QS. 16:65], dan Firman-Nya kepada Nabi-Nya : "Katakanlah : Aku tidak mampu memberikan manfaat untuk diriku dan tidak pula keburukan." [terjemah QS. 7:188]

Kalian selalu mengatakan :"Segala kebaikan dalam mengikuti para Salaf (pendahulu), dan segala keburukan dalam perkara-perkara baru para Khalaf (orang yang datang belakangan)". Apakah kalian mengetahui bahwa para as-Salaf ash-Shalih membangun kuburan atau bertawassul dengan kuburan?! Apakah kalian mengetahui salah seorang dari mereka berdiri di samping kubur Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, atau kubur salah seorang sahabat atau keluarganya, lalu meminta dipenuhi kebutuhannya atau dibebaskan dari kesulitan ?!

Apakah kalian mengetahui bahwa ar-Rifa’i, ad-Dasuqi, al-Jailani, dan al-Badawi lebih mulia kedudukannya di sisi Allah daripada para nabi dan rasul, atau para shahabat dan tabi’in?!
Apakah kalian mengetahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika beliau melarang gambar makhluk bernyawa dan membangun kuburan, apakah beliau melarangnya dengan bercanda atau karena beliau khawatir umatnya akan kembali kepada kejahiliyahannya dahulu?! Apa bedanya antara gambar dan patung dengan kuburan jika semuanya bisa mengantarkan kepada syirik dan merusak aqidah Tauhid?!

Demi Allah, kalian bukannya tidak tahu dengan persoalan ini, akan tetapi kalian lebih mengutamakan dunia daripada akhirat. Akhirnya Allah menghukum kalian dengan mencabut kenikmatan-Nya, dan menjadikan musuh berkuasa atas kalian, merampas negeri, memperbudak kalian dan menghancurkan tempat-tempat tinggal kalian. Dan Allah sangat keras siksa-Nya…

@ Mustafa Luthfi al Manfaluthi dalam "Dum'ah 'ala al Islaam", terbitan Dar al Qasim, Riyadh; dengan sedikit ringkasan.  

Musibah Terbesar Di Umat Ini

Berkata Imam Muhammad bin Ali asy Syaukâni rahimahullâhu (w. 1250 H) :

"Berapa banyak keburukan yang terjadi akibat pembuatan dan memperindah kubah-kubah kuburan yang dengannya Islam ini layak untuk ditangisi. Diantaranya adalah keyakinan orang-orang jahil seperti keyakinan orang-orang kafir terhadap berhala-berhala bahkan lebih buruk dari itu. Mereka menyangka bahwa (penghuni) kubur-kubur itu mampu untuk memberi manfaat dan menolak keburukan. Akibatnya, mereka menjadikannya tujuan untuk menuntut pemenuhan berbagai macam hajat dan tempat kembali untuk mendapatkan kesuksesan dalam usaha. Mereka meminta darinya apa yang diminta para hamba dari Rabb-nya, mengadakan perjalanan kepadanya, mengusap-usapnya dan beristighatsah!! Ringkasnya, mereka tidak meninggalkan sesuatu pun dari apa yang dahulu dilakukan orang-orang Jahiliyah terhadap berhala melainkan mereka juga melakukannya. Innâ li_Llâhi wa innâ ilaihi râji’ûn…

Namun, dengan kemungkaran yang sangat buruk dan kekufuran yang sangat busuk ini, kami tidak mendapatkan orang yang marah untuk Allah atau memiliki ghirah (kecemburuan) untuk membela agama yang hanif; tidak seorang alim, pelajar, amir, menteri dan tidak juga seorang raja!!

Telah datang kepada kami berita-berita yang tidak ada keraguan lagi bersamanya, bahwa diantara para pemuja kubur atau sebagian besar mereka jika datang kepadanya permintaan untuk bersumpah dari musuhnya, maka dia akan bersumpah dusta atas nama Allah. Dan jika dikatakan padanya setelah itu : ‘Bersumpahlah dengan Syaikh-mu atau Wali Fulan yang engkau yakini!’, ia pun mundur, takut, enggan dan mengakui yang sebenarnya!!

Ini merupakan bukti yang paling jelas yang menunjukkan bahwa kesyirikan mereka telah melebihi kesyirikan orang yang mengatakan : Allah Ta’ala adalah salah satu dari dua, atau salah satu dari tiga oknum…

Wahai para ulama Islam! .. Wahai para penguasa kaum muslimin!
Dosa apa yang lebih berat daripada kekufuran?! Bencana apa yang lebih berbahaya bagi agama ini selain beribadah kepada selain Allah?! Musibah apa yang menimpa kaum muslimin yang bisa menyamai musibah ini?! Kemungkaran apa yang lebih wajib diingkari jika bukan pengingkaran terhadap kesyirikan yang sangat jelas ini?! …"

(Nail al Authâr, IV/ 401-402)

Sumber: Belajar Manhaj Salafy Diarsipkan: www.faisalchoir.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar